Rude



Cinta. Jujur saya masih ragu apa itu. Pernah nyoba bahkan sering untuk mencintai seseorang, tapi berakhir juga.
Mantan. Menurut saya ini hanya sekedar panggilan kasar. Beginning and finally we are friends. Semua butuh proses. Awalnya indah, berubah menjadi ketidaksukaan terhadap “indah” tersebut. Pahit ya. Tapi memang itu konsekuensinya. Kalo lo berani untuk mencintai, maka lo harus siap untuk disakiti, maupun sebaliknya.
Terakhir kalinya saya menyayangi seorang pria, cukup singkat. Pertemuan yg awalnya buat saya kagum, hanya karena pria itu berpakaian rapih (celana bahan + kemeja). Berpikir “Subhanallah” menarik perhatian saya. Sempat membuat saya hamper menyerah, karena ternyata seorang wanita yg merupakan temannya, menyukainya dan malah memberitahu saya akan hal itu.

Semakin dekat, ya.. pria itu selalu ada disaat saya butuh, bahkan saya tidak butuh pun dia menyempatkan dirinya untuk mengunjungi saya. Komunikasi, untuk memastikan saya tidak apa apa. Sampai suatu saat, saya berbincang dengan wanita yang merupakan temannya tsb. Saya tanya akan ketertarikannya thd pria tsb. Tanpa diduga, dia blg “saya tidak apa apa, kalian saling menyukai, silahkan. Sepertinya pria itu tidak memiliki rasa ketertarikan kepada saya”.
Berobat. Hujan. Suatu tempat (café), entah kapan itu, karena saya berusaha untuk melupakannya. Pria tsb menyatakannya. Ya menyatakan perasaannya. Kaget? Tidak. Karena sblmnya dia meminta izin kpd orang tua saya untuk menjalin hubungan dengan saya.
Semakin merasa memiliki, semakin protektif. Cemburu. Marah, tetapi hanya sekali saja dia membentak saya dan dia langsung meminta maaf karena melakukannya tanpa sadar. 
1 Tahun 9 bulan. Berakhir. Ironis memang. Hanya karena suatu hal kecil, membuat salah paham. Bosan, mungkin itu yang dirasakannya, sehingga  mengambil kesimpulan seperti itu. Memutuskan begitu saja. Kasar, ya perkataannya.
Mamah Babeh, hanya mereka yang mengerti. Datang jauh hanya untuk menenangkan perasaan yg saat itu terpuruk.  Sangat bersyuku rmemiliki orangtua seperti mereka. Pengertian. Penyayang. Makasih Mah, Beh.
Jam 11 malam, menjemput, mengajak ke suatu tempat untuk membicarakan sesuatu. Saya menolak saat itu. Halus. Pria itu memutar balikkan stir kendaraannya. Mengeluarkan semua isi yg ada di dompetnya. Dan membuang dompet pemberian saya ke pinggir jalan. Domoet yg ada foto bersama, dibang begitu saja.
Serius. Melamar. Itu yang sebenarnya ingin dia sampaikan saat saya menolak untuk ikut pergi bersamanya. Kecewa? Tentu tidak. Tidak ada rasa penyesalan sama sekali. Dia tidak akan pernah berubah.
Kesempatan. Mengirim pesan, hanya untuk mengajak jalan atau makan. Ya, saya menolaknya. Halus tentu saja.
Biarin aja. Biar cukup jadi kenangan, pembelajaran, dan pengalaman.
Sekarang, orang lain juga mengerti, bagaimana perasaan saya ini.  1 tahun lebih, sendiri. Mencoba melihat masa depan. Dan melupakan. Terimakasih yaa Rabb… Engkau menguatkan aku. Mamah Babeh,…
A

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar